1. Pengertian Tauhid Uluhiyyah.
Tauhid
secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu
(dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti
dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita
jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul,
39).
Secara
istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai
satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh
Tsalatsatil Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa
banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat,
para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun
seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan
saja.
Tauhid
uluhiyah, yaitu mengesakan allah dengan
perbuatan- perbuatan hamba yang diperintahkan-Nya. Karena itu semua bentuk
ibadah harus ditujukan hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya,
seperti do’a (permohonan), khauf (takut), tawakkal (berserah diri), meminta
pertolongan, meminta perlindungan dan sebagainya.
Tauhid
Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala
bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin (Al Jadid Syarh Kitab
Tauhid, 17).
Dalilnya:
إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang
Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (Al
Fatihah: 5)
Sedangkan makna ibadah
adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan maupun
perbuatan. Apa maksud ‘yang dicintai Allah’? Yaitu segala sesuatu yang telah
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan
kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih.
Termasuk ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah.
Maka seorang yang bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah ini
kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang kafir
jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon, berdoa,
beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah, ini
juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid uluhiyyah. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ
“Sungguh telah kami
utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk mengatakan: ‘Sembahlah Allah
saja dan jauhilah thagut‘” (QS. An Nahl: 36)
Syaikh DR. Shalih
Al Fauzan berkata: “Dari tiga bagian tauhid ini
yang paling ditekankan adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah
para rasul, dan alasan diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya
jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya Allah saja yang disembah, dan
agar penghambaan kepada selainNya ditinggalkan” (Lihat Syarh Aqidah Ath
Thahawiyah)
Maka, kita tidak berdo’a
kecuali kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي
أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ
جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu
berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina’.”(Al-Mu’min : 60)
Kita tidak
takut kecuali kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah :
فَلَا تَخَا فُوْهُمْ وَخَا فُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤمِنِينَ
“Maka
janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu
benar-benar orang beriman”(Ali-imran/3 : 175)
Kita tidak
bertawakkal kecuali kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah :
فَتَوكَلُوا اِن كُنتُم مُّؤمِنِينَ
“Danbertawakkalkamu
hanya kepada Allah, jika kamu benar-benar orang yang beriman”
(Al-Maidah/5:
23)
Banyak
orang yang mengaku Islam. Namun jika kita tanyakan kepada mereka, apa itu
tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang dapat
menjawabnya. Sungguh ironis melihat realita orang-orang yang mengidolakan
artis-artis atau pemain sepakbola saja begitu hafal dengan nama, hobi, alamat,
sifat, bahkan keadaan mereka sehari-hari. Di sisi lain seseorang mengaku
menyembah Allah namun ia tidak mengenal Allah yang disembahnya. Ia tidak tahu
bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu nama-nama Allah, tidak mengetahui apa
hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya. Yang akibatnya, ia tidak mentauhidkan
Allah dengan benar dan terjerumus dalam perbuatan syirik. Wal’iyydzubillah.
Maka sangat penting dan urgen bagi setiap muslim mempelajari tauhid yang benar,
bahkan inilah ilmu yang paling utama. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
berkata: “Sesungguhnya ilmu tauhid adalah ilmu yang paling mulia dan paling
agung kedudukannya. Setiap muslim wajib mempelajari, mengetahui, dan memahami
ilmu tersebut, karena merupakan ilmu tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala,
tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya atas hamba-Nya” (Syarh
Ushulil Iman, 4).
3. Kewajiban manusia untuk bertauhid.
3. Kewajiban manusia untuk bertauhid.
Merupakan
suatu perkara yang tidak bisa disangkal, bahwa alam semesta ini pasti ada yang
menciptakan. Yang mengingkari hal tersebut hanyalah segelintir orang. Itu pun
karena mereka tidak menggunakan akal sesuai dengan fungsinya. Sebab akal yang
sehat akan mengetahui bahwa setiap yang tampak di alam ini pasti ada yang mewujudkan.
Alam yang demikianteraturdengansangatrapitentumemilikipencipta, penguasa, dan
pengatur. Tidak ada yang mengingkari perkara ini kecuali orang yang
tidak berakal atau sombong dan tidak mau menggunakan pikiransehat. Mereka tidaklah
bisa dijadikan tempat berpijak dalam menilai.
Dzat
yang menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini adalah Allah
subhanahuwata`ala. Inilah yang disebut dengan rububiyyah Allah.
Tauhid rububiyyah adalah sebuah keyakinan yang diakui bahkan oleh kaum musyrikin. Allah
subhanahu wa ta`ala berfirman:
قل من ير زقكم من السماء والارض امن يملك السمع والابصار ومن يخرج الحيّ من
الميت و يخرج الميت من الحيّ ومن يدبر الا مر ’ فسيقولون الله ’ فقل افلا تتّقون
“Katakanlah: Siapakah yang
memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah
yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka
katakanlah: Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (Yunus:31)
Oleh sebab itu,
selayaknya manusia hanya menyembah kepada Allah subhanahu wa ta`ala saja. Allah
subhanahu wa ta`ala telah menciptakan untuk manusia berbagai prasarana berupa
alam semesta ini. Semua itu untuk mewujudkan peribadatan kepada-Nya. Allah
subhanahu wa ta`ala juga membantu mereka untuk mewujudkan peribadahan tersebut
dengan limpahan rezeki. Sedangkan Allah tidak membutuhkan imbalan apa pun dari
para makhluk-Nya.
Allah subhanahu wa ta`ala berfirman:
وما خلقت الجنّ
والانس الاّ ليعبدون(۵۶) مااريد منهم من رزق و مااريد ان يطعمون(۵۷) ان الله هو
الرزاق ذواالقوة المتين(۵۸)
“Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak
menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya
mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang
Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (Adz-Dzaariyaat:56-58)
Sesungguhnya tauhid
tertanam pada jiwa manusia secara fitrah. Namun asal fitrah ini dirusak oleh
bujuk rayuan syaithan yang memalingkan dari tauhid dan menjerumuskan ke dalam
syirik. Para syaithan baik dari kalangan jin dan manusia bahu-membahu untuk
menyesatkan umat dengan ucapan-ucapan yang indah.
Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman,
وكذلك جعلنا لكلّ نبي عدوًّا شيطين الانس والجن يوحي بعضهم الى بعض زخرف
القول غرورا
“Dan demikianlah Kami jadikan
bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaithan-syaithan (dari jenis) manusia dan
(dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain
perkataan-pekataan yang indah-indah untuk menipu manusia” (Al-An’aam:112)
Tauhid adalah asal yang
terdapat pada fitrah manusia sejak dilahirkan. Sedangkan kesyirikan adalah sesuatu yang
mendatang dan merasuk ke dalam pikiran manusia. Allah subhanahu wa ta`ala
berfirman:
فاقم وجحك للدّين حنيفا ’فطرت الله التى فطر النّاس عليها
“Maka hadapkanlah wajahmu
dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah di atas) fitroh Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.”
(Ar-Ruum:30)
Rasulullah shallallahu
`alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap anak yang lahir,
dilahirkan atas fitroh, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi,
Nashroni, atau Majusi” (HR.Al-Bukhari)
Berarti asal yang
tertanam pada diri manusia secara fitrah adalah bertauhid kepada Allah
subhanahu wa ta`ala.
Setelah membaca dan
menganalisis makna tauhid, pembagian tauhid, arti pentingnya mempelajari
tauhid, dan kewajiban tauhid, penulis dapat menarik kesimpulan:
- Tauhid uluhiyah, yaitu mengesakan allah dengan perbuatan- perbuatan hamba yang diperintahkan-Nya. Karena itu semua bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, seperti do’a (permohonan), khauf (takut), tawakkal (berserah diri), meminta pertolongan, meminta perlindungan dan sebagainya
- Di era global saat ni, sangat penting dan urgen bagi setiap muslim mempelajari tauhid yang benar, bahkan inilah ilmu yang paling utama. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Sesungguhnya ilmu tauhid adalah ilmu yang paling mulia dan paling agung kedudukannya. Setiap muslim wajib mempelajari, mengetahui, dan memahami ilmu tersebut, karena merupakan ilmu tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya atas hamba-Nya” (Syarh Ushulil Iman, 4).
- Oleh sebab itu, kewajiban kita layaknya manusia hanya menyembah kepada Allah subhanahu wa ta`ala saja. Allah subhanahu wa ta`ala telah menciptakan untuk manusia berbagai prasarana berupa alam semesta ini. Semua itu untuk mewujudkan peribadatan kepada-Nya. Allah subhanahu wa ta`ala juga membantu mereka untuk mewujudkan peribadahan tersebut dengan limpahan rezeki. Sedangkan Allah tidak membutuhkan imbalan apa pun dari para makhluk-Nya.
- Sesungguhnya tauhid tertanam pada jiwa manusia secara fitrah. Namun asal fitrah ini dirusak oleh bujuk rayuan syaithan yang memalingkan dari tauhid dan menjerumuskan ke dalam syirik. Para syaithan baik dari kalangan jin dan manusia bahu-membahu untuk menyesatkan umat dengan ucapan-ucapan yang indah.
- Sehingga dari hal tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa makna tauhid adalah asal yang terdapat pada fitrah manusia sejak dilahirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar